Sebagai seorang pendidik perlunya untuk melakukan
penilaian sebagai bentuk evaluasi hasil belajar peserta didik tentang apakah
sukses sesuai dengan tujuan atau tidak proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Penilaian ini mencakup berbagai macam aspek yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dewasa ini seringkali ditemukan berbagai
macam model penilaian seorang pendidik kepada peserta didiknya. Hingga dewasa
ini, ranah psikomotorik merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk dikupas
secara operasional. Penilaian terkadang ditekankan pada segi hasil
dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif peserta didik. Sementara
aspek penilaian psikomotorik kerapkali diabaikan.
Penilaian seperti itu sering sekali dijumpai di berbagai
lembaga pendidikan, padahal pada setiap proses pembelajaran berlangsung,
penting bagi seorang pendidik maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran yang bukan sekedar produk tetapi juga proses
pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya sebatas menuangkan air kedalam gelas.
Hal ini bisa diketahui jika pendidik melakukan evaluasi terhadap proses maupun
produk pembelajaran.

Sedangkan evaluasi
memiliki arti yang lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain, di
dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Penilaian oleh pendidik
merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapaian kompetensi peserta didik, pengolahan dan pemanfaatan
informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik.
Dengan sistem penilaian yang baik, maka akan mendorong
pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik. Sehingga dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik lagi dengan tujuan akhir
meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Secara umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang peserta didik, baik yang menyangkut kurikulum,
program pembelajaran, iklim sekolah, maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non
pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan
tertentu.
Ranah psikomotor
adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia
yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan
sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan
keterampilan sosial. Dave mengemukakan pendapat
terkait domain psikomotor. Khusus keterampilan motorik Dave (1967), membaginya
dalam lima jenjang, yaitu: peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan
naturalisasi. Klasifikasi ranah
psikomotor dijabarkan sebagai berikut :
Peniruan (Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. Kinerja mungkin kualitas rendah. Peniruan terjadi ketika peserta didik mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
Penggunaan (Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti instruksi dan berlatih. Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini peserta didik menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
Ketepatan (Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan yang ke arah yang lebih baik. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
Perangkaian (Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan konsistensi internal. Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
Naturalisasi (Naturalitation): Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu berpikir banyak tentang hal itu. Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Peniruan (Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. Kinerja mungkin kualitas rendah. Peniruan terjadi ketika peserta didik mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
Penggunaan (Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti instruksi dan berlatih. Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini peserta didik menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
Ketepatan (Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan yang ke arah yang lebih baik. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
Perangkaian (Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan konsistensi internal. Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
Naturalisasi (Naturalitation): Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu berpikir banyak tentang hal itu. Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, ranah psikomotorik
itulah yang harus dijadikan salah satu sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi
hasil belajar melengkapi ranah kognitif dan afektif. Sasaran kegiatan evaluasi
hasil belajar adalah:
- Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? (kognitif)
- Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? (afektif)
- Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari? (psikomotorik)
0 Comments
Kami sangat antusias terhadap ide dan gagasan anda, sila berikan tanggapan!