Kalau hari ini anda masih berfikir bahwa teknologi adalah barang baru, maka anda sedang mengasingkan intelektualitas anda dari masa depan. Faktanya adalah bahwa teknologi merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, bahkan lebih lanjut teknologi adalah kehidupan itu sendiri.
Dalam kontek
dunia pendidikan saat ini, teknologi menunjukkan tajinya sebagai alat untuk memudahkan
proses belajar mengajar. Guru yang masih menggunakan strategi konvensional seperti
mencatat dan mendikte, sudah tidak relevan lagi bagi perkembangan otak
siswanya. Setiap detik siswa akan terus bersinggungan dengan desain teknologi
yang multi visual. Aspek grafis, audio, warna, bentuk, corak, pola, kontur,
struktur dan lain-lain, dapat dengan mudah dijelaskan dengan menggunakan
teknologi. Sementara ketika para siswa ini masuk ruang kelas pembelajaran,
kebanyakan mereka hanya akan berhadapan dengan teks-teks dan ceramah dari layaknya
seorang sipir yang mendikte tahanannya, dalam bentuk kubus penjara yang membosankan.
Maka jangan
heran, jika yang terjadi adalah siswa memberontak. Biasanya ditunjukkan dengan cara tidak
serius dalam mengikuti pembelajaran, bahkan cenderung mengabaikan gurunya. Jika
sudah seperti ini, maka siap-siap saja bagi guru gaptek (Gaptek: gagal peka teknologi) akan segera diusir dari kelas
oleh siswa-siswanya sendiri, tentu Anda paham bahwa tidak ada seorang siswa pun
yang mau belajar dalam penjara.
Dunia siswa saat
ini adalah dunia yang penuh kejelasan dan penjelasan. Hal apa saja yang dahulu
kala hanya sebatas mitos - karena tak
mampu dijelaskan – kini telah menjadi fakta dan ilmu pengetahuan. Disinilah
karya hebat manusia yang disebut “teknologi” mengambil peran utamanya. Jika
anda adalah seorang pendidik baik guru maupun dosen, maka sudah menjadi
keniscayaan untuk menghadirkan proses pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan dunia siswanya. Metode dan strategi pembelajaran harus diinovasi
sedemikian rupa agar mampu memerdekakan peserta didik, dan teknologi adalah
sebuah tool yang dapat digunakan untuk menginovasi metode dan strategi
pembelajaran tersebut.
Pada umumnya
pendidik sudah mengetahui bahwa teknologi dapat membantu mereka untuk lebih
mengefektifkan pembelajaran serta dapat mengaktifkan siswanya dalam
pembelajaran. Namun jumlah guru yang mau mengubah kebiasaan lamanya menjadi
kebiasaan baru yaitu proses pembelajaran berbasis teknologi masih sangat
sedikit. Berbagai macam alasan muncul seperti teknologi itu susah, merepotkan, butuh biaya mahal, malas, sudah
menguasai materi, sudah hafal, dan lain-lainnya yang sebenarnya hanya menunjukkan
ketidakmauan dan ketidaksiapan guru itu sendiri dalam menghadapi kemajuan
teknologi dalam dunia pendidikan. Inilah pemahaman mudah tentang "siapa itu pendidik gaptek". Pendidik gaptek adalah mereka yang sadar tentang pentingnya teknologi dalam pembelajaran, akan tetapi mereka tidak berusaha untuk berkarya membuat media pembelajaran handal sebagai fasilitas belajar yang mampu membangkitkan kesuksesan siswa dalam proses pembelajaran.
Guru gaptek
dengan pemikiran sebagaimana terdapat pada paragraf di atas, adalah guru-guru
yang harus siap jika sewaktu-waktu diusir oleh siswanya dari kelas. Mengapa guru
gaptek akan diusir oleh siswa-siswanya sendiri? Berikut tiga alasan utamanya:
1) Dunia anak adalah dunia yang ceria
dan menyenangkan, sedangkan guru gaptek adalah guru yang membosankan dan
cenderung menyedihkan

Selama guru tidak mampu berinovasi
dengan metode dan strategi pembelajaran yang kekinian yaitu menggunakan
teknologi sebagai media pembelajarannya, maka perilaku siswa yang lebih
menggemari play station atau game online ini juga sulit untuk dihentikan.
Sekedar nasihat gurunya saja untuk menghindarinya tidak akan pernah cukup.
Guru yang melek IT seharusnya
berfikir tentang bagaimana membuat media pembelajaran berbasis teknologi yang
bagus seperti game-game tadi. Guru di jaman era teknologi digital seperti
sekarang ini, selayaknya mampu menciptakan media-media pembelajaran handal yang
dapat diakses dan digunakan oleh siswanya secara mudah dan meyenangkan. Guru
yang mempunyai pola pikir innovator seperti ini akan mampu menghadirkan fasilitas dan sumber belajar
yang mumpuni serta disenangi oleh siswa-siswanya. Pembelajaran yang berbasiskan
teknologi informasi dan komunikasi mampu menghadirkan sistem pembelajaran yang
menyenangkan dan membuat siswa ceria dalam belajar.
2) Dunia anak saat ini adalah
dunia yang penuh kreatifitas, sedangkan guru gaptek selalu monoton dalam
mengajar.

Ada berbagai macam metode dan
strategi dalam hal penggunaan teknologi pembelajaran di dalam ruang kelas yang
dapat menumbuhkembangkan kreatifitas peserta didik. Game edukatif, aplikasi
pembelajaran offline dan online, presentasi interaktif, kumpulan bank soal
digital, video interaktif dan lain sebagainya adalah contoh bagaimana
memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar. Aplikasi atau program
yang dibuat dapat menyesuaikan dengan kemauan peserta didik agar mereka bisa
belajar dengan nyaman, sekaligus mengasah kreatifitas mereka menggunakan
aplikasi atau program yang dibuat oleh guru.
Jadi tidak alasan bagi guru untuk tidak
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, kecuali ia beranggapan bahwa
penjara pembelajaran yang ia buat itu sudah bagus, dan ia juga sudah
mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu akan diusir oleh siswanya sendiri dari
kelas.
3) Dunia anak saat ini adalah
dunia yang imajinatif sekaligus realistis, sedangkan guru gaptek hanya bisa
memberikan pelajaran secara absurd
Bagaimana anda menjelaskan struktur
lapisan bumi kepada seorang siswa?

Tapi tidak begitu dengan guru yang
melek teknologi. Guru yang mampu menggunakan teknologi dalam proses
pembelajarannya, dapat menghadirkan
struktur lapisan bumi secara lebih konkrit dan mendekati realistis. Guru bisa
memanfaatkan video baik yang berupa rekaman atau rekaan grafis komputer yang
dapat menyerupai bentuk aslinya. Tanpa menggunakan bantuan teknologi audio visual, maka setiap siswa akan mempunyai imajinasi
dan persepsi berbeda-beda terhadap materi yang diberikan. Bisa jadi siswa
berimajinasi bahwa lapisan bumi itu seperti lapisan kue lapis legit buatan
ibunya.
Persoalan utama pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran adalah mindset para pendidik itu sendiri. Pendidik masih berada dalam posisi antipati terhadap teknologi, menempatkan kemajuan teknologi pada level "musuh", bukan justru sebagai senjata yang harus mereka gunakan untuk mensukseskan proses pembelajaran. Hal ini juga yang akhirnya membuat siswa mengakses dan menggunakan teknologi secara tidak tepat. Dalam hal ini bukan salah siswa jika siswa justru mendapat ekses negatif dari teknologi, jelas itu salah para pendidik "gaptek" yangh tidak bisa menggunakan teknologi untuk menciptakan produk pembelajaran yang handal serta dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar. Maka jika anda masih bangga sebagai guru "gaptek" siap-siap saja anda diusir oleh siswa-siswa anda dari kelas.
0 Comments
Kami sangat antusias terhadap ide dan gagasan anda, sila berikan tanggapan!