![]() |
Sumber gambar: melindahospital.com |
Saat ini sudah sangat jarang kita jumpai anak-anak yang sedang
bermain petak umpet, gobak sodor, benthik, congklak, jamuran ataupun permainan
tradisional lainnya. Kita lebih sering melihat anak-anak lebih akrab dengan
permainan modern atau video games seperti playstations (PS), PSP, game online dan
sebagainya. Seolah seperti jamur di musim hujan yang tumbuh subur, kini
jasa-jasa yang menyediakan permainan modern kian marak, mulai dari warung
internet, game online, maupun melalui layanan internet pribadi.
Padahal di setiap daerah memiliki permainan tradisional yang
beragam dan juga memiliki nilai-nilai positif dan edukatif. Namun, kini
permainan modern seperti video games dianggap lebih praktis. Video games yang
pada awalnya berasal dari luar negeri masuk ke Indonesia melalui arus
globalisasi. Produsen video games pun memahami betul seluk beluk kebutuhan
hiburan manusia, sehingga kini video games bisa diibaratkan sebagai virus yang
sudah mewabah di semua kalangan.
Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh suburnya video games di
masyarakat Indonesia terutama dikalangan anak-anak. Selain faktor perkembangan
teknologi yang masuk ke Indonesia sudah merajalela, anggapan bahwa anak-anak
yang bisa mengakses video games dianggap sudah melek teknologi juga merupakan
faktor lainnya. Alih fungsi lahan juga bisa dikatakan sebagai faktor ini, sekitar
tahun 1990-an masih banyak lahan atau kebun yang bisa dijadikan tempat bermain
anak-anak. Namun kini, tempat-tempat tersebut sudah beralih fungsi menjadi
gedung-gedung, pabrik, mall, dan sebagainya.
Perubahan pola hidup masyarakat pun juga berpengaruh dalam tumbuh suburnya video
games, dahulu anak-anak setelah pulang sekolah mempunyai waktu untuk istirahat,
setelah itu mengaji. Namun kini, orang tua ramai-ramai mengikut sertakan
anak-anak mereka les pelajaran, les musik, dan sebagainya, sehingga membuat
anak-anak tidak mempunyai waktu untuk bermain. Sebagai salah satu jalan
mengatasi kejenuhan, video games lah yang dianggap paling efektif.
Ibarat dua sisi mata uang, permainan modern pasti membawa dampak
positif dan negatifnya. Dampak positifnya yakni dapat melatih anak
menyelesaikan persoalan. Mengasah kecerdasan, menyeimbangkan otak kiri dan otak
kanan, mendidik anak supaya kenal teknologi dan tidak asing terhadap teknologi.
Namun dampak negatifnya pun juga banyak,
self orientation menjadi masalah utama. Self orientation menjadikan seseorang
anti sosial dan seolah-olah tidak membutuhkan orang lain. Sikap individualistis
mendorong anak-anak menjadi apatis terhadap hal-hal disekeliling mereka.
Dampak ekstremnya antara lain sikap antipati terhadap
sekelilingnya, timbulnya konsumerisme, adanya budaya instan, merusak kesehatan
mata, punggung karena video game tidak didesain untuk olah raga, dan rusaknya
moral. Hal ini dikarenakan banyak kontent video games yang mengandung kekerasan
yang tidak selayaknya dikonsumsi anak-anak. Selain itu Permainan
perang-perangan atau perkelahian yang kadang-kadang terlihat begitu natural di
video game bahkan lengkap dengan darah yang berceceran jika ada musuh yang
terluka atau terbunuh dapat membuat anak-anak menjadi lebih agresif.
Kepekaan dan belas kasihan mereka menjadi terkikis jika setiap saat disuguhi
adegan kekerasan seperti itu terus-menerus.
Namun, para pelaku usaha tampaknya acuh terhadap hal itu. Orientasi
mereka hanya mengejar untung.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di sebuah warung internet dan
game online, pengguna jasa game online tersebut hampir seluruhnya anak-anak
dalam usia sekolah dasar. Bahkan kontent yang mereka akses pun sama yakni kontent yang mempertontonkan kekerasan, seperti point
blank dan counter strike.
Berangkat dari permasalahanan itu, peran orang tua menjadi sangat
penting dalam mengawasi anak-anak. Orang tua dituntut untuk melek teknologi agar
dapat mengkontrol apa yang diakses anak-anak dalam gadget maupun komputer yang
ada dirumah.
(M. Tria Kurniadi)
Edisi Cetak: Buletin Lamperan Edisi III/ September/ 2014
0 Comments
Kami sangat antusias terhadap ide dan gagasan anda, sila berikan tanggapan!