Dunia mahasiswa sebagai momentum
dimana seseorang tumbuh dan berkembang adalah sebuah dunia yang luas, mengakar
dan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Dunia mahasiswa dengan segala
kompleksitas lingkungan dan pengetahuannya merupakan ruang eksistensi untuk
pencarian atau bahkan penegasan jati diri. Dalam prosesnya, tidak jarang
seorang mahasiswa melakukan hal-hal baru dalam hidupnya untuk sekedar mencari
zona dimana dia merasa nyaman dan dapat
berkembang. Inilah setidaknya yang merupakan bagian dari tahap perkembangan
seorang diri manusia, sebuah proses pergulatan antara prinsip diri, pengaruh pengetahuan,
dan usaha untuk melakoni keduanya dalam sebuah episode kehidupan.
Kehidupan yang luas ini bisa menjadi kerdil ketika seseorang merasa terkungkung pada suatu keadaan yang membuatnya stagnant, tidak bisa beranjak untuk suatu hal yang baru. Tahap berikutnya dia akan merasakan ngerinya bayang-bayang rasa bosan dan jenuh, yang hanya akan menjadikannya minder bahkan khawatir yang berlebihan. Sebaliknya keterbukaan diri terhadap dunianya akan mengantarkan seseorang untuk hidup dalam sebuah cakrawala pengetahuan dan relasi positif antara rasa ingin tahu dengan usaha untuk memenuhi keinginannya itu. Pada keadaan ini seseorang mampu untuk menyelaraskan antara rasa dan karsa dalam sebuah wujud eksistensi kehidupan yang terkontrol, meskipun penuh dinamika dan fluktuasi pemikiran, akan tetapi kecenderungan untuk konsisten mengembangkan dirinya menjadi acuan untuk selalu berada pada rel kehidupan yang realis progresif, terus berkembang sesuai kebutuhan kehidupannya.
Tidak untuk mengatakan telah masuk
ke dunia lain, akan tetapi proses pencarian jati diri manusia sering kali
melewati jalur yang tidak seharusnya. Keterbukaan informasi atas kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi gaya hidup sebagian besar
manusia saat ini. Bukan persoalan mudahnya mencari informasi baru, akan tetapi
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi lebih banyak hanya dicapai dari
segi konsumsinya (konsumtif oriented) saja. Sasaran empuk para pabrik
raksasa teknologi ini tentunya salah satunya adalah manusia dan sistem
kehidupan Indonesia. Manusia Indonesia yang lebih bangga ketika membeli produk
baru dibanding mempelajari untuk memaksimalkan setiap piranti teknologi yang
ada untuk kehidupannya adalah sebuah target utama pasar, siapa bilang sistem
pasar tidak mempelajari psikologi manusia.
Piranti teknologi selalu hadir di
tengah-tengah kehidupan manusia dengan menawarkan produk baru, fitur baru, dan
kemasan yang lebih menarik agar konsumen mudah tergiur, ini strategi pemasaran
tentunya. Para pemrakarsa berlomba-berlomba menciptakan produk-produk baru baik
software maupun hardware untuk diperjualbelikan sebagai keajaiban
kehidupan. Disinilah pasar mempelajari tentang sikap mudah bosan sekaligus
sikap selalu ingin tahu seseorang yang merupakan bagian dari proses
perkembangan tadi. Semakin orang terbuka dengan kehidupannya maka semakin mudah
pula orang menemukan dan menerima hal-hal baru dan sebaliknya semakin orang
menutup diri maka sulit untuk menerima perubahan.
Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang
berkembang mudah sekali untuk dijadikan sebagai salah satu target pasar
teknologi ini. Keingintahuan yang besar serta pola relasi kehidupan sosialnya
adalah medan magnet yang akan menarik setiap produk teknologi. Masalahnya
adalah produk apa yang ia tarik, apakah itu produk yang dapat mendukung tahap
perkembangan kehidupannya atau justru produk yang hanya membuatnya terlena dan
terbuai oleh absurditas nilai manfaatnya. Sebut saja friendster, facebook,
twitter, Google+, Weibo, RenRen, Instagram, LinkedIn, Tumblr, Flickr, MySpace,
Hi5, Orkut, apa bedanya, selain produk ini dimunculkan karena melihat adanya
relasi sosial manusia yang ingin terbuka atas dirinya kepada orang lain, walau
hanya sekedar menulis kata-kata basi tidak bermutu untuk diketahui orang lain,
apa manfaatnya.
Permasalahan bukan pada produknya,
tetapi mainstream pengguna dalam menggunakan produk tersebut adalah keyword
untuk mendapatkan nilai besar manfaatnya. Lebih khusus adalah bagaimana
seorang user mampu memilih dan menggunakan sebuah produk teknologi yang
relevan dan menunjang untuk kehidupannya. Mahasiswa kependidikan misalnya,
sudah mahir dan canggih belum dengan software-software seperti Lectora Inspire,
Adobe Flash, SPSS, E-learning dan software multimedia pembelajaran lainnya. Atau
justru masih asing, padalah setiap hari selalu bersentuhan dengan laptop atau
PC. Boleh untuk dikatakan ironis memang, jika mahasiswa kependidikan tidak bisa
mengoperasikan software tersebut. Software-software ini merupakan piranti lunak
yang dapat dimanfaatkan untuk merancang desain multimedia pembelajaran baik on
line maupun off line. Artinya software ini adalah produk yang wajib
dikuasai oleh seorang calon guru untuk mendukung profesionalitas dalam proses
belajar mengajar.
Hari ini bukan sunnah lagi hukumnya
mahasiswa kependidikan menguasai teknologi pembelajaran, tetapi sudah wajib dan
fardhu ‘ain kecuali bagi mahasiswa kependidikan yang sedari sekarang sudah
mempunyai keinginan untuk menjadi bagian dari penambah masalah
ketercarutmarutan problem pendidikan bangsa Indonesia ini. Bukan calon pendidik
yang ingin menjadi bagian dari penyelesai masalah pendidikan bangsa dan
penyemangat bagi lahirnya generasi Indonesia yang tercerahkan dan berwawasan
masa depan. Kenapa teknologi menjadi salah satu pendorong kemajuan pendidikan,
karena dengan pembelajaran berbasis teknologi maka pembelajaran akan lebih
menarik, menyenangkan dan mudah diterima oleh peserta didik. Dengan demikian
keberhasilan pembelajaran akan semakin dekat untuk dicapai.
Media pembelajaran mempunyai
pengaruh yang luar biasa untuk menciptakan sebuah proses pembelajaran yang kreatif
dan inovatif. Beberapa kelebihan multimedia pembelajaran berbasis ICT
diantaranya; dapat melampaui batasan ruang dan waktu, dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman peserta didik, mudah untuk menanamkan konsep
pembelajaran, hasil pengalam belajar yang seragam, dan dapat membangkitkan
keinginan dan motivasi baru dalam belajar.
Pemahaman terhadap media
pembelajaran jangan sebatas penggunaan untuk presentasi di kelas, itu salah
satunya, tetapi bisa untuk lebih pada pengembangan lain seperti kelas laboratorium,
sistem pembelajaran jarak jauh, e-learning, website atau blog, game edukatif,
sampai pengembangan aplikasi pembelajaran untuk hand phone (mobile).
Disinilah seorang guru harus menginovasi dirinya agar mampu memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan dunia yang harus
dikembangkannya, bukan justru dunia lain yang menjadikannya pribadi tidak
produktif dan hanya menjadi korban pemasaran produk baru teknologi.
Kesadaran dan kemauan
untuk menggunakan teknologi secara arif dan bijaksana serta relevansinya bagi
profesionalitas kehidupannya segera harus ditumbuhkembangkan pada setiap diri
mahasiswa. Kesadaran ini akan melahirkan generasi yang betul-betul melek
teknologi secara tepat guna. Pengertian melek teknologi inipun harus dipahami
dengan tepat, melek teknologi artinya dapat melihat teknologi secara bijak,
mampu memilah dan memilihnya. Sehingga dapat menentukan teknologi mana yang
relevan dan harus dipelajari serta dimanfaatkan untuk menunjang kehidupannya.
Melek teknologi bukan berarti asal bisa menggunakannya saja, tanpa
memperhatikan aspek manfaatnya.
0 Comments
Kami sangat antusias terhadap ide dan gagasan anda, sila berikan tanggapan!